Sugeng Pinarak Ing Alam Lamunanipun Tiang Ndusun

Custom Search

Saturday, December 6, 2008

Oleh-oleh dari kampung sebrang

Berangkat dari rumah hari minggu jam 8 am waktu Singapore, menaiki ferry dari changi menuju ke tanjung belungkor memakan waktu sekitar 45 minit. sampai di tanjung belungkor sudah ada yang menunggu abang ajray dengan kawannya abang is keluar saja diriku dari tempat cap pasport langsung menaiki mobil menuju ke kampung Sungai papan dalam perjalanan darat yang memakan waktu sekitar 1/2 jam di perjalanan sudah banyak sekali yang menyambut kedatanganku seperti monyet yang berkeliaran dan berbagai binatang yang berkeliaran di jalan yang tidak pernah aku lihat di Singapore. Sungguh menarik dan menakjubkan untuk di pandang, suasana hutan yang masih cukup alami, sepanjang dalam perjalanan menuju kampung jarang sekali terlihat ada rumah penduduk, hanya hutan dan pohon kelapa sawit yang terlihat sepanjang jalan. Selama enam hari aku tinggal di kampung Sungai papan banyak sekali oleh-oleh yang aku dapatkan pengalaman, pelajaran, serta hikmah kehidupan yang melekat di dalam hatiku sanubariku. selama enam hari itu juga aku banyak bertemu dan berkenalan dengan berbagai macam Manusia dari suku bugis, melayu, cina, india, orang asli, dan juga jawa bahkan aku sempat bertemu dengan orang Cilacap juga, yang bekerja di ladang kelapa sawit di sana. yaa... penduduk asli Sungai papan kebanyakannya adalah nelayan dan pekerja ladang maupun pekerja bangunan kebayakannya adalah pendatang dari berbagai Negara, seperti Indonesia, India,dan Banglades. akan tetapi walau penduduk kampung itu dari berbagai ragam suku dan agama, susana kampung serta gotong royong masih cukup melekat di antara para penduduk.
hmmm.... selama enam hari ngapain ajah aku di sana ya? hmm.... sebetulnya aku si nggak ngapa-ngapain sich.. ya namanya juga hidup di kampung ya begitulah. aku tinggal di rumah kak nun, kak nun itu buka warung makan, jadi ya tiap hari agak sibuk mbatuin di warung. tapi warungnya ramainya hanya kalau pas pagi orang-orang pada sarapan, terus tengah hari, makan lunch, lalu malam setelah jam 8 makan malam. jadi kalau lepas tengah hari itu nganggur, biasanya aku duduk-duduk di jertih, ngeliat nelayan yang baru naik milihin ikan, kerang, kepiting atau udang. mengasikan khan? tapi cepet hitam, enam hari saja kulitnya sudah berubah, maklum hidup di laut, balik ke Singapore teman-teman pada pangling hehe.. Hanya pada hari ke empat aku di sana, aku pergi ke Kubur/ziarah kubur lalu tidur di rumah mak hitam satu malam. Mak hitam orangnya memang agak pendiam jadi gak banyak bercerita, berbeda sekali dengan suaiminya Pakcik hitam, orangnya suka banget bercerita. walau hanya semalam aku tinggal di sana, banyak sekali pelajaran yang bisa aku jadikan pegangan dalam kehidupan. Pakcik hitam banyak bercerita, dan banyak memberikan nasehat.